Soal Relokasi, Warga Kampung Pulo Khawatir Menata Hidup dari Nol

Written By Luthfie fadhillah on Jumat, 08 Februari 2013 | 22.41


JAKARTA, KOMPAS.com - Meski belum ada sosialisasi yang jelas, proyek relokasi warga di bantaran Sungai Ciliwung sudah di depan mata. Namun, kegelisahan mengusik mereka. Warga takut kesejahteraan di tempat tinggal yang baru tidak lebih baik dibanding di tempat sekarang.


Abu Thalib (42), seorang warga RT 12, RW 03, Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, adalah salah seorang warga yang gelisah. Sehari-hari, ayah dua anak itu berjualan makanan-minuman ringan. Ia khawatir jika di tempat yang baru, ia harus memulai dari awal usahanya.


"Di sini kan dekat sama pasar, jadi gampang dapat pembeli. Kalau pindah, pasti kan mulai dari nol lagi," ujar Abu saat ditemui Kompas.com di lapak jualannya, Jumat (8/2/2013) siang.


Berjualan minuman ringan adalah mata pencarian utama keluarga Abu. Setiap hari pendapatannya maksimal Rp 50.000. Ia mengaku penghasilan tersebut cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya. Namun, ia ragu kondisi itu dapat bertahan jika ia sekeluarga direlokasi.


Senada dengan Abu, Zaenal Arifin (35), warga RT 08 RW 02, Kampung Pulo, juga mengungkapkan kegelisahannya. Berbekal ijazah STM dan pernah bekerja di bengkel, Ipin, begitu ia akrab disapa, menggantungkan hidup dari panggilan para tetangga yang membutuhkan jasanya. "Memang dikenal orang sini bisa betulin motor atau barang-barang elektronik. Kan disini sudah saling kenal, dipanggil sama tetangga sini saja, Pin betulin motor gue dong, gitu," ujarnya.


Meski penghasilannya tak menentu, pria yang masih lajang itu mengaku cukup untuk membantu orangtua serta adik-adiknya yang masih sekolah. Jika sedang ramai, Ipin bisa meraup keuntungan Rp 200.000 satu hari. Namun, jika sepi, Ipin bisa tidak memilki penghasilan sama sekali. Ia khawatir, jika normalisasi Sungai Ciliwung jadi dilakukan dan warga bantaran direlokasi, kesejahteraannya menurun dan kehidupannya menjadi sulit.


Di Kampung Pulo, semua kebutuhan pokok hampir pasti dapat dipenuhi. Pasalnya di kampung yang biasa disebut banjir itu terdapat pasar yang menyediakan kebutuhan warganya. Terlebih, rumah warga antara satu dan lainnya berhimpitan sehingga interaksi warga berlangsung dinamis.












Anda sedang membaca artikel tentang

Soal Relokasi, Warga Kampung Pulo Khawatir Menata Hidup dari Nol

Dengan url

http://thespreadofavianinfluenza.blogspot.com/2013/02/soal-relokasi-warga-kampung-pulo.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Soal Relokasi, Warga Kampung Pulo Khawatir Menata Hidup dari Nol

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Soal Relokasi, Warga Kampung Pulo Khawatir Menata Hidup dari Nol

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger