Rama Widi Merasa Terpanggil oleh Harpa

Written By Luthfie fadhillah on Senin, 30 Desember 2013 | 22.14


Jakarta - Saat lulus SMA, Rama Widi (28) bertolak ke Vienna untuk belajar menjadi konduktor orkestra. Sayangnya, dia gagal pada tes masuk ke Uni Music, sebuah universitas musik di Vienna, Austria, di hari kedua. Namun siapa sangka, kegagalan itu justru menuntunnya ke harpa, yang menjadi instrumen musik penting untuk kariernya saat ini.


"Saya ngefans dengan Addie MS dan Maya Hasan. Saya ingin sekali menjadi seperti Addie MS suatu hari nanti. Namun, setelah gagal di ujian menyanyi saat di Uni Music, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba sesuatu yang lain, yang perkembangannya bisa cepat. Saya pilih harpa, karena di Indonesia pun pemain harpa profesional baru ada tiga orang. Bolehlah jadi nomor empat," ujarnya, saat ditemui di acara jumpa pers "New Year's Concert 2014 with Symphonia Vienna Orchestra", di Jakarta, Senin (30/12).


Dikisahkan Rama lagi, ia pun akhirnya mendaftar di Vienna Conservatory Austria jurusan Performing Arts untuk instrumen harpa, pada 2004. Dia awalnya merasa cukup panik, saat diharuskan bermain harpa ketika ujian masuk. Padahal sebelumnya dia sama sekali tidak pernah melihat alat musik itu dari dekat, apalagi memainkannya.


Namun, berkat mengingat tayangan televisi yang memperlihatkan Maya Hasan menjelaskan bagian-bagian dari instrumen harpa, tanpa disangka, Rama pun bisa memainkan instrumen yang tingginya mencapai 1,85 meter tersebut.


"Saya dites dua lagu anak-anak oleh dosen penguji. Dia pun sempat tidak percaya, kalau saya belum pernah bermain harpa sebelumnya. Menurutnya, apa yang saya lakukan benar-benar bakat alami," kata Rama.


Kemudian, masih menurut Rama, bersamaan dengan kuliah Performing Arts untuk instrumen harpa, dirinya juga mengambil kuliah musik pedagogik (Musik Edukasi) dengan minor Conducting Orchestra.


"Jadi, saya mengambil double degree, dan akhirnya berhasil belajar conducting juga. Pertimbangan mengambil pedagogik, karena orang tua dan dosen yang menyarankan. Karena bagaimana pun juga, ibu saya bilang saya harus belajar membagi dan menyalurkan ilmu saya ke orang lain," terangnya.


Belakangan, Rama pun sudah bisa dikatakan sebagai salah satu kebanggaan Indonesia, karena berhasil menjadi orang Indonesia pertama yang bermain di Vienna Jazz Festival, serta konser solo di Arkadenhof Rathaus, Vienna.


Pada November 2012 lalu, Rama juga terpilih menjadi kontestan pada ajang kompetisi harpa internasional. Dia merupakan orang Indonesia pertama yang lolos seleksi selama 50 tahun kompetisi tersebut berlangsung. Rama pun mewakili Indonesia di antara 33 peserta lainnya dari 17 negara, pada ajang "The 18th International Harp Contest" di Israel.


Rama pun menuturkan, setelah lulus dari Vienna Conservatory Austria pada tahun 2012, dirinya sempat mengajar selama satu setengah semester di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Kemudian, pada bulan Mei tahun lalu, Rama diangkat menjadi dosen harpa di Chamber Music Mahidol University, Thailand, serta bergabung dengan Thailand Philharmonic Orchestra.


"Saya akan bermain harpa sampai selesai bernapas. Saya percaya, musik itu (adalah) napas hidup. Harpa panggilan saya, bukan hobi lagi. Kalau tidak, saya tidak akan bisa memainkannya saat pertama kali melihat harpa. Dan sudah menjadi misi saya untuk membagi talenta yang saya miliki kepada orang lain," tandas Rama.


Anda sedang membaca artikel tentang

Rama Widi Merasa Terpanggil oleh Harpa

Dengan url

http://thespreadofavianinfluenza.blogspot.com/2013/12/rama-widi-merasa-terpanggil-oleh-harpa.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Rama Widi Merasa Terpanggil oleh Harpa

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Rama Widi Merasa Terpanggil oleh Harpa

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger