Mengintip Film Dokumenter Propaganda Kolonial Belanda

Written By Luthfie fadhillah on Rabu, 16 April 2014 | 22.15


Jakarta - Film dokumenter adalah medium untuk banyak keperluan. Bisa untuk kritik sosial maupun mengusung propaganda. Yang terakhir ini bukan barang baru, pemerintah kolonial Belanda sudah pernah melakukannya pada 1942.


John Fernhout membuat film dokumenter 10 menit berjudul "High Stakes in the East". Film ini dibuat beberapa saat setelah Belanda kehilangan kekuasaannya di Indonesia, digantikan oleh Jepang.


Dalam pameran Early Images of Southeast Asia, pendamping ChopShots Documentariy Film Festival Southeast Asia, di Goethehaus, Jakarta Pusat, 16 - 27 April 2014, pengunjung bisa menyaksikan film tersebut. Fokus utama film tersebut adalah Pulau Jawa.


Pada lima menit awal film, Fernhout menyorot aktivitas penduduk lokal di perkebunan tebu dan ladang garam. Ia menangkap gambar buruh yang hilir mudik membawa batangan tebu dan karung gula. Tak ketinggalan aktivitas sekelompok perempuan yang sedang menjaring garam.


Narasi film menyebut Jawa sebagai pulau surga. Jawa memiliki hampir semua komoditas yang menguntungkan. Infrastruktur yang lebih maju dibandingkan pulau lain dan sumber daya manusia yang melimpah.


"Jawa punya ladang tebu yang sangat luas. Dari tebu itu dihasilkan gula pasir yang bernilai ekonomi untuk Belanda. Begitu pula garam yang selama ini memenuhi kebutuhan di Amerika Serikat. Tapi kini Jepang dan Jerman lah yang menikmatinya," ucap sang narator.


Tujuan film itu jelas, meminta dukungan Sekutu membantu Belanda merebut kembali Indonesia dari Jepang. Tak ada riset yang membahas efek propaganda film dokumenter ini. Tapi yang sudah pasti adalah Belanda kembali datang ke Indonesia, kali itu bersama Sekutu, dan Jepang kalah di Perang Dunia II.


Selain film High Stakes in the East, masih ada film dokumenter lain dari Thailand, Myanmar, Kamboja, dan Vietnam. Semuanya film lawas dan memang sebagai lorong waktu Asia Tenggara masa lampau.


Kendati begitu, ketika diolah dengan baik, film dokumenter bisa menyampaikan pesan yang kuat. Menyentuh dan membuat pemirsanya terikat.


"Citra film dokumenter memang masih buruk dibanyak kalangan masyarakat di berbagai tempat. Film dokumenter dilihat membosankan, membawa propaganda. Padahal film dokumenter bisa menyentuh dan mengikat audiens."


"Di Inggris, di BBC ada program film dokumenter yang sangat populer. Jumlah penontonnya bahkan melebihi jumlah penonton siaran sepak bola," ujar Direktur Artistik ChopShots, Marc Eberle.


Anda sedang membaca artikel tentang

Mengintip Film Dokumenter Propaganda Kolonial Belanda

Dengan url

http://thespreadofavianinfluenza.blogspot.com/2014/04/mengintip-film-dokumenter-propaganda.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Mengintip Film Dokumenter Propaganda Kolonial Belanda

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Mengintip Film Dokumenter Propaganda Kolonial Belanda

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger