Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Hari Ini SBY Resmikan Museum Kepresidenan di Istana Bogor

Written By Luthfie fadhillah on Sabtu, 18 Oktober 2014 | 22.14


Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hari ini akan meresmikan Museum Kepresidenan Balai Kirti, yang berlokasi di Pintu Gerbang III, Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.


Peresmian museum yang menyimpan benda-benda peninggalan para presiden di Indonesia ini dilakukan hanya dua hari menjelang berakhirnya kepemimpinan SBY.


Pada Senin (20/10), SBY akan menyerahkan tampuk kepemimpinan negeri ini kepada presiden terpilih, Joko Widodo dalam sidang paripurna MPR/DPR/DPD.


Balai Kirti akan menjadi museum yang berisi benda-benda kenangan, seperti foto, buku, lukisan, benda seni, catatan, dan benda kenangan lainnya dari keenam Presiden Republik Indonesia, mulai dari Soekarno, HM Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.


Pekerjaan konstruksi fisik Balai Kirti dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU), sementara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengisi interior bangunan, sesuai arahan Presiden SBY.


Kirti berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti "tindakan yang membawa kemasyhuran atau kemuliaan". Museum Balai Kirti terbagi atas Fungsi Perpustakaan, Museum, dan Ruang Pamer. 


Peresmian rencananya akan dilakukan pukul 15.30 WIB.


22.14 | 0 komentar | Read More

Widi Mulia Pernah Jadi Pengguna Antibiotik yang Irasional

Written By Luthfie fadhillah on Kamis, 16 Oktober 2014 | 22.14


Jakarta - Penyanyi Widi Mulia ternyata pernah menjadi pengguna antibiotik yang tidak rasional. Tiap kali mengeluh sakit, personel grup "B3" itu selalu meminta dokter meresepkan antibiotik. Padahal jenis obat ini tidak boleh sembarangan dikonsumsi karena bisa mengakibatkan resistensi.


"Karena ingin cepat-cepat sembuh supaya bisa nyanyi lagi, dulunya saya memang paling sering minta diresepkan antibiotik," kata Widi, di gedung Kementerian Kesehatan di Jakarta, Kamis (16/10).


"Akhirnya malah jadi gampang sakit. Padahal waktu itu cuma sakit batuk atau flu saja, yang sebenarnya tidak membutuhkan antibiotik," Widi menambahkan.


Setelah melahirkan putra pertamanya, Dru Prawiro Sasono, Widi yang sedang hamil anak ketiga ini baru tersadar kalau yang dilakukannya selama ini sangat membahayakan kesehatannya.


"Untungnya saya cepat tersadar sebelum resisten antibiotik. Karena setelah saya cari tahu, ternyata sakit flu, batuk, atau pilek yang disebabkan oleh virus tidak membutuhlkan antibiotik. Hanya perlu istirahat yang cukup dan makan-makanan bergizi saja," ujar istri Dwi Sasono tersebut.


Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengungkapkan, angka resisten semakin meningkat akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak. Bila itu dibiarkan, risiko kematian jadi semakin meningkat. Sebab antibiotik yang seharusnya bisa menyembuhkan penyakit mereka, justru sudah tidak mempan lagi.


Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) yang dimuat dalam Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik 2011 menyebutkan, dari 2.494 individu di masyarakat, 43 persen Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain; ampisilin (34 persen), kotrimoksazol (29 persen) dan kloramfenikol (25 persen).


22.14 | 0 komentar | Read More

Melalui Konser MOX, Jay Subiakto Ingin Orkestra Lebih Diapresiasi

Written By Luthfie fadhillah on Rabu, 15 Oktober 2014 | 22.14


Jakarta - Jay Subiakto akan terlibat dengan konser Magenta Orchestra 10 Tahun (MOX) yang diprakarsai oleh Andi Rianto. Jay yang berperan sebagai art director di konser ini, ternyata memiliki harapan tersendiri untuk dunia musik di Indonesia, khususnya orkestra.


"MOX ingin menyampaikan konsep tentang kenapa Indonesia perlu memiliki banyak orkestra. Saat ini sekolah musik yang menghasilkan pemain orkestra klasik yang mahir baru ada di Jogjakarta dan Solo," ujar Jay pada jumpa pers MOX di Jakarta, Rabu (15/10).


Ia menambahkan, melalui MOX yang akan digelar pada 14 November mendatang di Jakarta Convention Center (JCC) ini, ia berharap cita-cita untuk melahirkan grup orkestra di setiap daerah di Indonesia bisa tercapai.


"Cita-cita kita ingin di setiap daerah ada grup orkestra yang mampu membawakan musik klasik dan pop," pungkasnya.


Dengan begitu, Jay merasa bersemangat terlibat dalam konser MOX yang menandakan perjalanan Magenta Orchestra selama 10 tahun ini.


"Karena melalui konser ini juga kita ingin menunjukkan sampai dimana kemampuan musik pop Indonesia yang diiringi orkestra," tandas Jay.


Tidak hanya Jay, Andi Rianto juga merasakan masih kurangnya apresiasi terhadap musik orkestra. Karena setiap ia menyelenggarakan konser selalu mendapat hambatan dalam hal sponsor.


"Hambatan paling utama adalah sponsor. Padahal saya memiliki cita-cita untuk bisa menyelenggarakan konser orkestra tiga kali setahun. Dan saya juga ingin lebih memasyarakatkan orkestra," pungkas Andi.


22.14 | 0 komentar | Read More

Basuki Ajak Para Kepala SKPD Nonton "Tabula Rasa"

Written By Luthfie fadhillah on Senin, 13 Oktober 2014 | 22.14


Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengajak para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menonton film berjudul Tabula Rasa, di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (13/10).


Basuki tiba di lokasi acara sekitar pukul 18.30 WIB. Ia tampak mengenakan kemeja kotak-kotak warna biru, hitam, dan putih. Basuki memasuki studio 2 XXI, bersamaan dengan para kepala SKPD.


Basuki duduk di barisan bangku VIP didampingi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Saefullah, Sheila Timothy selaku produser film, dan presenter berita Nazwa Shihab.


Film besutan sutradara Adriyanto Dewo ini bercerita tentang kerinduan dan memori rasa yang ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia.


Sheila menuturkan, film ini menawarkan cerita dengan menggunakan makanan sebagai elemen. "Sebenarnya film ini tidak berbicara tentang makanan, kami gunakan makanan sebagai elemen untuk Indonesia. Tabula Rasa ini artinya, kesempatan untuk memulai kembali tanpa prasangka," ujar Sheila, sesaat sebelum pemutaran film Tabula Rasa.


Dengan pembuatan film ini, Sheila mengungkapkan, pihaknya berharap supaya masyarakat Indonesia kembali mengingat rasa-rasa yang hampir hilang, baik itu rasa toleransi, kebersamaan, maupun kerja sama.


Film ini dimulai dengan cerita tokoh bernama Hans, diperankan oleh Jimmy Kobogau. Hans merupakan pemuda Papua yang bercita-cita menjadi pesepakbola.


Ketika ia direkrut klub sepak bola di Jakarta, ternyata tidak sesuai dengan awal yang ditawarkan. Ia terpaksa kehilangan impiannya itu. Saat menemukan kesulitan di ibu kota itu, ia bertemu dengan Mak, diperankan Dewi Irawan, seorang pemilik rumah makan Padang.


Selain Jimmy Kobogau dan Dewi Irawan, film ini dibintangi oleh Yayu Unru, dan Ozzom Ramdan.


22.14 | 0 komentar | Read More

Cerita Kecintaan Sagio Pada Wayang Kulit

Written By Luthfie fadhillah on Minggu, 12 Oktober 2014 | 22.14


Jakarta - Sagio, pengrajin wayang kulit dari Yogyakarta, mulai mencintai wayang kulit sejak usianya 11 tahun. Kecintaannya dimulai dari sang ayah yang memperkenalkannya dengan kerajinan tersebut.


"Dulu hiburan masyarakat ya hanya wayang kulit dan ketoprak. Ditambah ayah saya juga pengrajin wayang kulit. Makanya, saya tertarik karena saya sudah mengenalnya sejak kecil," ceritanya kepada Beritasatu.com beberapa waktu lalu di Jakarta.


Namun, tidak seperti sang ayah yang hanya bisa memahat wayang kulit. Sagio terus mendalami hasratnya terhadap wayang kulit hingga ia bisa semua tahapan dalam proses pembuatan wayang kulit.


"Saya berusaha dan belajar terus sampai akhirnya saya bisa menggambar, memahat hingga mewarnai wayang kulit klasik," tuturnya.


Hingga saat ini, ia mengaku sangat senang bila ada orang yang datang kepadanya untuk mempelajari wayang kulit. Ia pun memulai bisnis yang didasari oleh minatnya tersebut sejak tahun 1970-an. Bisnisnya pun terus berkembang, hingga pada sekitar tahun 1995 ia berhasil membuka gerai di Plaza Senayan dan Plaza Indonesia, Jakarta.


Namun, krisis moneter pada 1998 membuat gerai wayang kulitnya itu terpaksa ia tutup. Penjualan yang menurun sulit untuk bisa menggaji pegawai.


"Hingga hari ini saya hanya berbisnis di rumah tidak membuka gerai lagi. Sumber Daya Manusia-nya (SDM) sudah sulit sekarang. Penjualan pun sudah tidak seperti dulu," kata Sagio.


Menurutnya, 75 persen konsumen wayang kulit adalah orang asing. Dan saat isu teroris merebak, penjualn pun semakin menurun. Sagio mengaku sulit untuk mengembalikan kondisi bisnis seperti dulu lagi.


"Wayang itu bukan kebutuhan pokok dan orang-orang desa sudah sering lihat. Jadi, mereka tidak antusias untuk membeli. Itulah kenapa orang-orang asing yang lebih lihat keindahannya," katanya.


Sagio membuat dan menjual wayang kulit kualitas terbaik yang ia sebut sebagai kualitas 1 dengan harga Rp 2.000.000. Kemudian, untuk wayang kulit kelas 2 dibanderolnya dengan harga Rp 500.000-1.000.000. Dalam satu bulan Sagio mengaku bisa menjual wayang kualitas 1 dan 2 hingga 30 buah. Namun, untuk suvenir yang ukurannya lebih kecil dan lebih murah, bisa terjual hingga 50 lebih.


Di tengah perjuangannya dalam mempertahankan bisnisnya ini, Sagio hanya berharap wayang kulit bisa lebih dihargai semua pihak. Tidak hanya dari masyarakat, tetapi juga pemerintah.


"Kementerian perdagangan meminta saya untuk tidak perlu membuat yang bagus-bagus, yang penting laku dijual. Sedangkan, kementerian kebudayaan sebaliknya. Namun, saya tetap mengikuti keduanya untuk bertahan hidup dan tetap mengikuti hasrat saya," terangnya.


Dengan begitu, Sagio membuat kerajinan wayang kulit dan suvenir dari bahan kulit kerbau mulai dari kualitas yang rendah hingga yang terbaik. Walaupun dengan segala naik turun bisnisnya, Sagio tetap tiskalau masyarakat akan kembali ke budaya leluhur mereka cepat atau lambat.


"Dulu zaman saya, perkembangan teknologi tidak sepesat sekarang. Sedangkan, di luar negeri hal-hal yang berbau tekonogi sudah biasa. Dan akhirnya mereka kembali ke alam dan budaya lagi. Kemungkinannya begitu," kata Sagio.


Dengan begitu, Sagio yakin kalau semua ini hanya masalah waktu. Pada akhirnya akan tiba saatnya masyarakat Indonesia kembali ke alam dan kebudayaan leluhurnya.


22.14 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger