Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Jutaan Dosis Tamiflu Kedaluwarsa

Written By Luthfie fadhillah on Senin, 27 Februari 2012 | 00.31

Jutaan dosis tamiflu sebagai obat pertama penanggulangan flu burung pada manusia akan habis masa berlakunya pada Januari 2009.

Obat itu tidak terpakai karena kesalahan penghitungan kebutuhan. Demikian disampaikan Koordinator Bidang Komunikasi Komisi Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza (FBPI) Memed Z Hassan di Surabaya, Rabu (10/12).

"Pengadaan tamiflu dulu karena ada kekhawatiran pendemi flu burung," ujarnya.

Diakui, pengadaan tamiflu itu dilematis. Jika diadakan sedikit, bisa jadi kekurangan karena sampai saat ini flu burung masih mengancam. Jika diadakan banyak, waktu kedaluwarsanya singkat.

"Tamiflu juga hanya relatif efektif jika diberikan maksimal pada dua hari pertama sejak korban diduga flu burung," tuturnya.
00.31 | 0 komentar | Read More

Flu Burung Penyakit Berbahaya

Provinsi Banten masih termasuk tiga besar provinsi di Indonesia dalam kasus flu burung, dengan jumlah kasus hingga November 2008 sebanyak 28 kasus dan meninggal 25 orang.
  
"Kasus flu burung di Banten masih tinggi dibanding daerah lain, terutama di Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang. Namun masih di bawah DKI Jakarta dan Jawa Barat," kata Kordinator Bidang Survailans dan Monitoring Terpadu Komnas Penanggulangan Flu Burung dan Pandemi Influensa (FBPI) Heru Setijanto pada workshop jurnalismne flu burung di Pandeglang, Selasa.

Menurut Heru, jumlah kasus flu burung di Indonesia hingga November 2008 sebanyak 139 kasus yang positif flu burung, dengan jumlah korban meninggal sebanyak 113 orang, 18 orang di antaranya meninggal pada 2008. Sedangkan perkiraan jumlah kerugian secara ekonomi akibat kasus flu burung dari 2004 hingga 2008 diperkirakan sebesar Rp4,1 triliun.

Ia mengatakan sejak 2003 hingga 2008 sebanyak 31 dari 33 provinsi merupakan daerah terinfeksi flu burung dan sebanyak 294 dari 498 kabupaten/kota dengan jumlah kematian unggas mencapai 13 juta. Dua daerah atau dua provinsi yang masih bebas dari flu burung hingga saat ini adalah Provinsi Maluku Utara dan Gorontalo.

Insiden rendah kasus flu burung terjadi di 13 provinsi di seluruh Indonesia di antaranya, NTB, NTT Papua, Papua Barat. Daerah endemi pada fase 3 terjadi di 18 provinsi yang tersebar di Pulau Jawa, Suamtera, Bali dan Sulawesi. Namun, hingga enam bulan terakhir belum ada laporan mengenai kasus tersebut.

Workshop Flu burung yang diselenggarakan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten bersama Unicef itu berlangsung di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten, dan diikuti puluhan wartawan media cetak dan elektronik.

Dalam worshop tersebut akan dilakukan peninjauan ke sebuah kampung di Kecamatan Labuan, Pandeglang yang sudah melaksanakan antisipasi penularan virus flu berupa penerapan bidang studi muatan lokal penyakit flu burung di sekolah.
00.30 | 0 komentar | Read More

Korban Flu Burung Masih Dilacak

Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Kesehatan melacak riwayat penyakit yang diderita Sut (24) korban dugaan (suspect) virus flu burung jenis H5N1 atau Avian Influenza (AI) sebelum meninggal dunia.
   
"Petugas masih melacak untuk memastikan korban terkena suspect flu burung di daerah mana," kata Kepala Dinkes Tangerang Hani Heryanto, Rabu.

Ia mengatakan sampai sekarang pihaknya hanya bisa memastikan Sut merupakan penderita suspect flu burung, karena belum ada hasil pemeriksaan laboratorium, sehingga korban belum bisa dipastikan positif atau tidak terkena virus mematikan tersebut.

Sebelumnya, seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di wilayah Bintaro, Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Banten berinisial Sut meninggal dunia pada Selasa (16/12) lalu karena diduga terinfeksi virus flu burung.

Tante korban, Sumiati mengatakan sebelum meninggal dunia keponakannya itu sempat dirawat selama tiga hari di Rumah Sakit (RS) Sari Asih, Ciledug, Kota Tangerang.

Awalnya Sut mengalami sesak nafas, batuk berat dan demam tinggi. Kemudian pihak keluarga membawa korban ke rumah sakit terdekat karena kondisinya semakin parah.

Namun akhirnya Sut meninggal dunia setelah menjalani perawatan tiga hari di RS Sartika Asih Ciledug.

Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang untuk dimandikan dan dikafani serta mengurus kepulangan jenazah yang akan dibawa ke Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Menurut Heryanto, setelah pelacakan selesai, petugas dapat memastikan apakah korban terkena virus suspect flu burung di Kabupaten Tangerang atau di tempat kelahirannya di Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Petugas RSUD Tangerang sudah mengambil sampel air liur dan cairan pada tenggorokan korban untuk memastikan positif atau tidak yang bersangkutan terkena virus flu burung. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan itu diperlukan waktu tiga hari.

Ia mengatakan sejak 2005 hingga 2008 Kabupaten Tangerang merupakan daerah endemis flu burung dengan jumlah kasus terbanyak yakni 18 kasus, dan 16 orang di antaranya meninggal dunia (belum termasuk korban Sut).

Sebanyak 10 dari 36 kecamatan di Kabupaten Tangerang merupakan daerah endemis flu burung.

Heryanto mengatakan pihaknya mendapatkan dana dari APBD 2008 untuk program khusus sosialisasi flu burung seperti simulasi, pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat.
00.29 | 0 komentar | Read More

Flu Burung Renggut Kakak Beradik

Virus avian influenza atau flu burung kembali merenggut nyawa warga Ibu Kota. Kali ini, dua orang kakak beradik meninggal dunia akibat virus yang ditularkan dari unggas itu.     

Istiqomah (16), warga Jalan Dwijaya IV RT 01/12 Gandaria Utara, Jakarta Selatan meninggal dunia pada Rabu (14/5) pagi setelah dinyatakan positif mengidap flu burung.

Sebelumnya, pada Minggu (4/5), adik Istiqomah, Ahmad Rizki (15), juga meninggal dunia akibat penyakit dengan gejala mirip kakak perempuannya.

Mahfud (60), ayah korban, kemarin mengaku sangat yakin kedua anaknya mengidap virus H5N1 tersebut. Dia menuturkan, Istiqomah mulai menderita panas pada Rabu (7/5). "Terus dia dibawa ke puskesmas, katanya dia sakit tipus," ujarnya.

Siswi kelas I Madrasah Aliyah itu lantas dibawa ke Rumah Sakit Gandaria untuk dirawat. Selama dua hari perawatan, kondisinya terus menurun. "Dia batuk-batuk, sesak nafas, dan panasnya nggak turun-turun. Badannya juga mulai biru-biru," kata Mahfud.

Dokter lantas merujuk Istiqomah ke RS Persahabatan, Jakarta Timur lantaran gejala penyakitnya mirip flu burung. Setelah diperiksa, dokter menyatakan Istiqomah positif menderita flu burung pada Selasa (13/5) setelah keluar hasil pemeriksaan darahnya. Anak ke enam dari tujuh bersaudara itu menghembuskan nafas terakhir pada pukul 05.30, kemarin.

Menurut Mahfud, anak bungsunya, Rizki pekan lalu juga menderita gejala yang sama dengan Istiqomah, meski tidak dinyatakan positif flu burung. "Rizki juga sesak, tapi nggak batuk-batuk. Sewaktu dironsen, paru-parunya sudah kempis sebelah. Waktu itu dibilangnya sakit tipus, tapi jari-jarinya biru juga. Sama kayak kakaknya," ujarnya. Siswa SMPN 240 tersebut akhirnya meninggal, empat hari setelah dinyatakan positif terinfeksi virus flu burung.

Seluruh keluarga yang berinteraksi dengan Istiqomah akhirnya diambil contoh darahnya, termasuk Alamsyah (26), kakak korban yang saat ini tengah dirawat di rumah sakit.

Menurut Aisyah (54), ibu korban, kedua anaknya tidak pernah terlihat berinteraksi dengan unggas. Namun, lingkungan rumah korban diakuinya terdapat beberapa ayam dan burung perkutut yang dipelihara tetangganya. Tetangga di belakang rumah korban juga memelihara beberapa ekor itik.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Selatan, dr Togi Asman, mengaku kesulitan menemukan sumber virus H5 N1 tersebut, meski kawasan rumah korban termasuk berisiko tinggi.

Togi mengatakan, kasus flu burung tersebut adalah yang kedua kalinya terjadi di Jakarta Selatan selama 2008 ini. Sebelumnya, pada Januari lalu, seorang pasien flu burung di kawasan Kebayoran Lama juga meninggal dunia.
00.28 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger