Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts Today

Gabung Obat Kimia-Herbal Beresiko

Written By Luthfie fadhillah on Selasa, 06 Maret 2012 | 23.13

Gabung Obat Kimia-Herbal Beresiko Penggunaan obat kimia modern dan obat herbal, termasuk jamu, secara bersamaan untuk mengobati penyakit tertentu harus dilakukan secara hati-hati. Penggabungan secara serampangan bisa memperburuk kesehatan.

"Butuh pengetahuan dan penelitian lebih banyak untuk menggabungkan penggunaan jamu dan obat kimia secara bersamaan," kata Ketua Program Studi Pengobatan Tradisional, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Arijanto Jonosewojo, dalam simposium "Pentingnya Kualitas Ekstrak Obat Herbal sebagai Produk Perawatan Kesehatan dan Agen Terapetik" di Jakarta, Kamis (9/2).

Uji klinik yang dilakukan di Rumah Sakit Umum dr Soetomo, Surabaya, menunjukkan, penggunaan obat antikolesterol simvastatin ataupun campuran daun jambu, temu lawak, dan jati belanda (obat tradisional) memberikan hasil yang baik jika digunakan secara sendiri-sendiri. Tetapi, jika digabung, hasilnya justru buruk.

Hal yang sama terjadi pada penggunaan metformin dan teh hitam untuk mengobati diabetes. Jika kedua obat itu digunakan sendiri-sendiri, bisa menurunkan kadar gula darah rata-rata selama 1-3 bulan (HbA1C) hampir sama. Namun, jika digabung, penurunan HbA1C justru sangat kecil.

"Jika ingin menggabungkan, obat modern sebaiknya diminum lebih dulu. Setelah 1-2 jam, baru minum obat herbal," katanya.

Zat aktif dalam obat kimia umumnya lebih cepat diserap tubuh. Adapun obat herbal, selain lebih lambat diserap tubuh, terkadang bersifat mengikat zat dari obat kimia. Akibatnya, efek obat kimia jadi tidak maksimal.

Arijanto, yang juga Kepala Poliklinik Obat Tradisional Indonesia RSU dr Soetomo, mengingatkan, ginseng tidak boleh digabung dengan obat digoxin (obat jantung) karena akan memperburuk kondisi jantung.

Selain itu, bawang putih yang juga merupakan obat herbal antikoagulan tidak boleh digabung dengan obat kimia golongan asetasol atau clopidopril. Hal ini akan menimbulkan perdarahan.

"Masyarakat masih menganggap obat herbal lebih baik dibandingkan obat kimia. Padahal, tidak ada obat herbal yang 100 persen aman dan tidak semua obat kimia buruk," katanya.

Belum berkembang

Meski bangsa Indonesia mengenal dan merasakan manfaat tanaman obat sejak lama, hingga kini industri obat tradisional Indonesia belum berkembang.

Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Hary Wahyu Triestanto Wibowo mengatakan, saat ini baru terdaftar 6 fitofarmaka dan 31 obat herbal terstandar. Adapun jamu jumlahnya mencapai ribuan.

Jamu adalah tingkat terendah dalam pengelompokan obat tradisional Indonesia. Disusul obat herbal terstandar dan fitofarmaka sebagai tingkat tertinggi.

Untuk meningkatkan status jamu menjadi obat herbal terstandar, harus ada uji nonklinik. Untuk menjadi fitofarmaka, harus dilakukan uji klinik dan uji nonklinik. Proses uji itu butuh biaya investasi besar.

Karena itu, banyak produsen jamu enggan meningkatkan status produknya karena dengan status jamu saja sudah laku. "Produsen hanya akan meningkatkan status produknya menjadi obat herbal terstandar atau fitofarmaka untuk meyakinkan keamanan produknya pada konsumen dan kepentingan ekspor," ujarnya.

Rudy Susilo dari Evoria GmbH, Jerman, mengatakan, pengolahan obat herbal di Indonesia banyak yang tak memenuhi standar. Orientasi bisnis produsen lebih besar sehingga kurang memperhatikan aspek keamanan obat bagi konsumen.

Untuk mendapatkan obat herbal yang baik, seluruh proses produksi, mulai dari penanaman tanaman obat, perawatan, panen, pengeringan, ekstraksi, penyimpanan, pembuatan obat, hingga distribusinya, tidak bisa dilakukan asal-asalan.

Bahan baku obat herbal harus bebas dari logam berat, jamur, ataupun pestisida. Proses produksi harus dilakukan secara modern, sama seperti yang dilakukan sebagian obat herbal China.

Menurut Rudy, obat herbal tidak perlu diragukan manfaatnya. Yang harus dijaga adalah agar obat herbal aman dikonsumsi.

"Obat herbal sudah digunakan sejak ratusan tahun lalu dan menunjukkan khasiatnya," katanya.

Obat herbal, demikian Arijanto, sebaiknya digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, pemulihan, dan mengurangi penderitaan pasien.

Untuk penyembuhan penyakit, masih disarankan menggunakan obat kimia. Dokter dapat memberikan obat herbal untuk melengkapi obat kimia dengan syarat ada permintaan tertulis dari pasien.
23.13 | 0 komentar | Read More

Jutaan Dosis Tamiflu Kedaluwarsa

Written By Luthfie fadhillah on Senin, 27 Februari 2012 | 00.31

Jutaan dosis tamiflu sebagai obat pertama penanggulangan flu burung pada manusia akan habis masa berlakunya pada Januari 2009.

Obat itu tidak terpakai karena kesalahan penghitungan kebutuhan. Demikian disampaikan Koordinator Bidang Komunikasi Komisi Nasional Flu Burung dan Pandemi Influenza (FBPI) Memed Z Hassan di Surabaya, Rabu (10/12).

"Pengadaan tamiflu dulu karena ada kekhawatiran pendemi flu burung," ujarnya.

Diakui, pengadaan tamiflu itu dilematis. Jika diadakan sedikit, bisa jadi kekurangan karena sampai saat ini flu burung masih mengancam. Jika diadakan banyak, waktu kedaluwarsanya singkat.

"Tamiflu juga hanya relatif efektif jika diberikan maksimal pada dua hari pertama sejak korban diduga flu burung," tuturnya.
00.31 | 0 komentar | Read More

Flu Burung Penyakit Berbahaya

Provinsi Banten masih termasuk tiga besar provinsi di Indonesia dalam kasus flu burung, dengan jumlah kasus hingga November 2008 sebanyak 28 kasus dan meninggal 25 orang.
  
"Kasus flu burung di Banten masih tinggi dibanding daerah lain, terutama di Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang. Namun masih di bawah DKI Jakarta dan Jawa Barat," kata Kordinator Bidang Survailans dan Monitoring Terpadu Komnas Penanggulangan Flu Burung dan Pandemi Influensa (FBPI) Heru Setijanto pada workshop jurnalismne flu burung di Pandeglang, Selasa.

Menurut Heru, jumlah kasus flu burung di Indonesia hingga November 2008 sebanyak 139 kasus yang positif flu burung, dengan jumlah korban meninggal sebanyak 113 orang, 18 orang di antaranya meninggal pada 2008. Sedangkan perkiraan jumlah kerugian secara ekonomi akibat kasus flu burung dari 2004 hingga 2008 diperkirakan sebesar Rp4,1 triliun.

Ia mengatakan sejak 2003 hingga 2008 sebanyak 31 dari 33 provinsi merupakan daerah terinfeksi flu burung dan sebanyak 294 dari 498 kabupaten/kota dengan jumlah kematian unggas mencapai 13 juta. Dua daerah atau dua provinsi yang masih bebas dari flu burung hingga saat ini adalah Provinsi Maluku Utara dan Gorontalo.

Insiden rendah kasus flu burung terjadi di 13 provinsi di seluruh Indonesia di antaranya, NTB, NTT Papua, Papua Barat. Daerah endemi pada fase 3 terjadi di 18 provinsi yang tersebar di Pulau Jawa, Suamtera, Bali dan Sulawesi. Namun, hingga enam bulan terakhir belum ada laporan mengenai kasus tersebut.

Workshop Flu burung yang diselenggarakan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten bersama Unicef itu berlangsung di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten, dan diikuti puluhan wartawan media cetak dan elektronik.

Dalam worshop tersebut akan dilakukan peninjauan ke sebuah kampung di Kecamatan Labuan, Pandeglang yang sudah melaksanakan antisipasi penularan virus flu berupa penerapan bidang studi muatan lokal penyakit flu burung di sekolah.
00.30 | 0 komentar | Read More

Korban Flu Burung Masih Dilacak

Pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas Kesehatan melacak riwayat penyakit yang diderita Sut (24) korban dugaan (suspect) virus flu burung jenis H5N1 atau Avian Influenza (AI) sebelum meninggal dunia.
   
"Petugas masih melacak untuk memastikan korban terkena suspect flu burung di daerah mana," kata Kepala Dinkes Tangerang Hani Heryanto, Rabu.

Ia mengatakan sampai sekarang pihaknya hanya bisa memastikan Sut merupakan penderita suspect flu burung, karena belum ada hasil pemeriksaan laboratorium, sehingga korban belum bisa dipastikan positif atau tidak terkena virus mematikan tersebut.

Sebelumnya, seorang pembantu rumah tangga yang bekerja di wilayah Bintaro, Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Banten berinisial Sut meninggal dunia pada Selasa (16/12) lalu karena diduga terinfeksi virus flu burung.

Tante korban, Sumiati mengatakan sebelum meninggal dunia keponakannya itu sempat dirawat selama tiga hari di Rumah Sakit (RS) Sari Asih, Ciledug, Kota Tangerang.

Awalnya Sut mengalami sesak nafas, batuk berat dan demam tinggi. Kemudian pihak keluarga membawa korban ke rumah sakit terdekat karena kondisinya semakin parah.

Namun akhirnya Sut meninggal dunia setelah menjalani perawatan tiga hari di RS Sartika Asih Ciledug.

Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang untuk dimandikan dan dikafani serta mengurus kepulangan jenazah yang akan dibawa ke Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Menurut Heryanto, setelah pelacakan selesai, petugas dapat memastikan apakah korban terkena virus suspect flu burung di Kabupaten Tangerang atau di tempat kelahirannya di Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Petugas RSUD Tangerang sudah mengambil sampel air liur dan cairan pada tenggorokan korban untuk memastikan positif atau tidak yang bersangkutan terkena virus flu burung. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan itu diperlukan waktu tiga hari.

Ia mengatakan sejak 2005 hingga 2008 Kabupaten Tangerang merupakan daerah endemis flu burung dengan jumlah kasus terbanyak yakni 18 kasus, dan 16 orang di antaranya meninggal dunia (belum termasuk korban Sut).

Sebanyak 10 dari 36 kecamatan di Kabupaten Tangerang merupakan daerah endemis flu burung.

Heryanto mengatakan pihaknya mendapatkan dana dari APBD 2008 untuk program khusus sosialisasi flu burung seperti simulasi, pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat.
00.29 | 0 komentar | Read More

Flu Burung Renggut Kakak Beradik

Virus avian influenza atau flu burung kembali merenggut nyawa warga Ibu Kota. Kali ini, dua orang kakak beradik meninggal dunia akibat virus yang ditularkan dari unggas itu.     

Istiqomah (16), warga Jalan Dwijaya IV RT 01/12 Gandaria Utara, Jakarta Selatan meninggal dunia pada Rabu (14/5) pagi setelah dinyatakan positif mengidap flu burung.

Sebelumnya, pada Minggu (4/5), adik Istiqomah, Ahmad Rizki (15), juga meninggal dunia akibat penyakit dengan gejala mirip kakak perempuannya.

Mahfud (60), ayah korban, kemarin mengaku sangat yakin kedua anaknya mengidap virus H5N1 tersebut. Dia menuturkan, Istiqomah mulai menderita panas pada Rabu (7/5). "Terus dia dibawa ke puskesmas, katanya dia sakit tipus," ujarnya.

Siswi kelas I Madrasah Aliyah itu lantas dibawa ke Rumah Sakit Gandaria untuk dirawat. Selama dua hari perawatan, kondisinya terus menurun. "Dia batuk-batuk, sesak nafas, dan panasnya nggak turun-turun. Badannya juga mulai biru-biru," kata Mahfud.

Dokter lantas merujuk Istiqomah ke RS Persahabatan, Jakarta Timur lantaran gejala penyakitnya mirip flu burung. Setelah diperiksa, dokter menyatakan Istiqomah positif menderita flu burung pada Selasa (13/5) setelah keluar hasil pemeriksaan darahnya. Anak ke enam dari tujuh bersaudara itu menghembuskan nafas terakhir pada pukul 05.30, kemarin.

Menurut Mahfud, anak bungsunya, Rizki pekan lalu juga menderita gejala yang sama dengan Istiqomah, meski tidak dinyatakan positif flu burung. "Rizki juga sesak, tapi nggak batuk-batuk. Sewaktu dironsen, paru-parunya sudah kempis sebelah. Waktu itu dibilangnya sakit tipus, tapi jari-jarinya biru juga. Sama kayak kakaknya," ujarnya. Siswa SMPN 240 tersebut akhirnya meninggal, empat hari setelah dinyatakan positif terinfeksi virus flu burung.

Seluruh keluarga yang berinteraksi dengan Istiqomah akhirnya diambil contoh darahnya, termasuk Alamsyah (26), kakak korban yang saat ini tengah dirawat di rumah sakit.

Menurut Aisyah (54), ibu korban, kedua anaknya tidak pernah terlihat berinteraksi dengan unggas. Namun, lingkungan rumah korban diakuinya terdapat beberapa ayam dan burung perkutut yang dipelihara tetangganya. Tetangga di belakang rumah korban juga memelihara beberapa ekor itik.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Selatan, dr Togi Asman, mengaku kesulitan menemukan sumber virus H5 N1 tersebut, meski kawasan rumah korban termasuk berisiko tinggi.

Togi mengatakan, kasus flu burung tersebut adalah yang kedua kalinya terjadi di Jakarta Selatan selama 2008 ini. Sebelumnya, pada Januari lalu, seorang pasien flu burung di kawasan Kebayoran Lama juga meninggal dunia.
00.28 | 0 komentar | Read More

Bird Flu bloom, sprayed Poultry Market

Written By Luthfie fadhillah on Rabu, 16 Maret 2011 | 16.23

The case of chickens died suddenly due to an outbreak  of bird  flu re-emerged in several areas of Bantul Regency of Yogyakarta  Special Region. Until the end of  February 2011 the Department of Agriculture and Forestry Bantul noted there had been three cases of the virus caused poultry deaths "avian influenza".

Kasubid Animal Health Department of Agriculture and Forestry Bantul regency, drh Sri Budoyo said it had received reports of poultry deaths from poor districts and Sanden. "Of the three cases that we stated positive of AI there are about a hundred dead birds," said Sri Budoyo.

To anticipate the spread of bird flu virus, officials spraying disinfectant in poultry markets and a potentially transmit the virus. "We do routine spraying in market poultry, cattle sheds and the slaughterhouse,"said Sri Budoyo.

In the past two years, cases of bird flu in Bantul has decreased, in 2009 there were 70 cases, in 2010 there were 29 cases and up to February 2011 only 3 cases.

Yet people still are encouraged to remain vigilant against the threat of this pandemic. If there is to know sudden death of chickens, residents are encouraged to immediately report to the village government or to the offices, so the officer can immediately follow up.
16.23 | 0 komentar | Read More

The Bird Flu Outbreak Spreads Jambi

Outbreaks of bird flu in the province of Jambi is spreading. Entering the second week of March 2011 it had six cities and districts are plagued deadly.


Head of the Provincial Animal Husbandry Husni Jamal Jambi in Jambi, on Thursday (10/03/2011), say, six two-level area includes two cities and four districts has now been stricken with bird flu.

"Outbreaks of bird flu which initially only attacked five villages in Kerinci district is now endemic or epidemic in the city and other districts," he said.

Six areas that have been infected with bird flu that includes the city of Jambi, River City is full, Kerinci District, Sarolangun, Muarojambi, and the last district Merangin.

Step government and society that can stem the deadly disease by simply blocking, spraying, and extermination.

Avian influenza is an endemic disease that can appear and grow in an area due to climate make endurance poultry livestock species is weak.

The rainy season is now a situation that makes it easy growing epidemic, because the poultry, especially those bred freely, can not find food freely.

Dangerous disease has now also attacked the West Sumatra, but did not mean the disease is spread by animal traffic.

Prohibition of animals interregional marketing is not the appropriate action to prevent the spread of bird flu outbreaks, but it remains a serious concern the various relevant agencies to conduct inspections.

"The most appropriate step at this time is the growing awareness and concern of all parties against the disease, mainly ranchers to do the spraying and destruction of animals already infected," said Husni Jamal.
16.22 | 0 komentar | Read More

Bird Flu, Public Asked to Not Panic

Vice Governor of West Sumatra, a Muslim eunuch in the area asking people not to panic in dealing with any cases of bird flu in poultry that have been found in seven districts.

Appeal was delivered at a press conference to address cases of bird flu in West Sumatera, West Sumatera Province, accompanied by Secretary Mahmuda Riva, Head of Animal Husbandry Department Edwardi West Sumatra, the Director of Medical Hospital Yusirwan M Djamil Padang, and other related institutions.

According to Muslims, the West Sumatra provincial government has coordinated with local governments that contracted the bird flu outbreak in poultry as well as with the Health Ministry to take necessary steps.

"To the regent / mayor, whose land is found cases of bird flu for the immediate response efforts required," he said.

If indeed the case is very widespread, he added, then the local government immediately set the status of outbreaks (KLB) bird flu in poultry and destroy all poultry that are still living in a radius of one kilometer in the area.

"All the people who still live poultry are destroyed to be replaced by the local government if it is determined the status area outbreak," he said.

In addition, to the people who find any poultry that died suddenly to immediately report to local authorities to be sampled in order to be studied.

As for the suspected human victims of bird flu has been set up two hospitals to handle the RS M Djamil Padang and RS Ahmad Mukhtar Bukitinggi.

Until Thursday, there were 11 people suspected of bird flu have been treated in hospital M Djamil, and two people have returned home.

Head of West Sumatra Livestock Edwardi revealed, since January 2011 of bird flu cases found in the seven districts / cities included, the city of Padang, Solok City, Solok District, Events Calendar, the City and County Padangpariaman Pariaman and South Coastal District.

Then, there were 2400 positive poultry bird flu and thousands more died suddenly.
16.21 | 0 komentar | Read More

Depopulation Efforts Conducted Difficult

Or depopulation of poultry culling efforts of residents in the city of Padang which recorded the greatest number of cases of infection with H5N1 virus of bird flu triggers difficult.

It has not yet followed the stipulation of the status of Extraordinary Events (KLB) as a condition for disbursement of the budget to replace the unexpected avian residents.

to replace the destroyed poultry required establishing the Extraordinary Events (KLB) must be performed by the mayor bersangkuta. He expressly asked for the status of outbreaks immediately determined.

But until Thursday afternoon, setting the status of outbreaks has not been carried out by the mayor in whose territory West Sumatra contracted bird flu outbreaks, especially in the city of Padang. Regional Secretary of Padang Emzalmi said it was new will be discussed.
16.20 | 0 komentar | Read More

Outbreaks of Avian Influenza, 3000 Chickens Destroyed

As many as 3,000 chickens owned by residents of Padang, West Sumatra, have been destroyed Office of farming, forestry and plantation (Dispertahutbun) in order to avoid an outbreak of bird flu.

"The population of chickens in the city of Padang, as many as 1.7 million birds either from among breeders and pet people, about 3,000 heads have been destroyed," said Mayor of Padang, Fauzi Bahar, in Padang, on Friday (11/03/2011).

The test results are known chickens were positive for bird flu. A number of clinical symptoms that mark the bird flu.

"The clinical symptoms of dimksud among other things, diarrhea, head of the blue, until the exit of mucus from the mouth of the chicken. These symptoms, generally can only be seen after the death of chickens," he said.

Culling thousands of chickens in the city of Padang to prevent people infected with bird flu virus so deadly.

"It also carried out spraying disinfectant around found cases where chickens exposed to bird flu," he said.

He said the destruction or depopulation of chickens infected with H5N1 virus is selectively performed only on the chickens that are in a cage with a chicken infected with the virus by burning.

According to the provisions, all poultry within a radius of 100 square meters with the location of the discovery of bird flu cases should be destroyed.

"But the selective culling to reduce losses mesyarakat," said Fauzi Bahar.

According to him, all the departments / agencies are required to control measures and eradication of avian influenza in an integrated and effective.

Poultry identified bird flu eradicated (depopulation). Also banned from buying and selling of poultry in bird flu affected areas.

"Delivery of poultry in and out of Padang must be accompanied by veterinary health certificate (SKKH)," said Fauzi Bahar.

Society can do its own prevention against the spread of Avian Influenza. It is very easy, the former water-containing laundry detergent can be used as a disinfectant to be sprayed into the birds and the environment to stop the spread of H5N1 virus.
16.19 | 0 komentar | Read More
techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger